Pages

Monday, April 1, 2013

Tahapan Mental Dari Suatu Pembelian

Ada banyak model berbeda yang mencoba untuk memetakan kenyataan daru suatu proses pembelian. Beberapa model lebih rumit dibanding model yang lainnya.

Model penyelesaian masalah berikut mengidentifikasi tahapan-tahapan yang dilalui oleh pembeli: kesadaran akan kebutuhan untuk membeli sesuatu, yang disebut pengenalan masalah (problem recognition). Setelah itu, diikuti dengan pencarian informasi (information search). Sebagai contoh, saat membeli komputer multimedia baru, pencarian meliputi: mengumpulkan brosur dan referensi penjualan, artikel dan iklan, mengunjungi toko dan pameran, berbicara dengan staf penjualan, ahli komputer, dan teman. Tahapan evaluasi mempertimbangkan secara seksama beberapa kriteria, seperti ukuran, kecepatan, fungsi, harga, pengiriman, keandalan dan jaminan. Akhirnya, keputusan dibuat untuk memilih dan membeli suatu merk. Namun, keputusan membeli tersebut tidak hanya berhenti sampai di situ saja apabila ternyata toko tempat membeli kehabisan persediaan. Dalam kasus ini, bauran komunikasi telah berfungsi, tetapi bauran pemasaran gagal – masalah distribusi terjadi karena produk tersebut tidak tersedia di tempatnya pada saat dibutuhkan. Apabila pembelian akhirnya dilakukan, sebagian dari kita kemudian merasa khawatir apakah kita membuat keputusan yang tepat. Kekhawatiran ini disebut pertentangan pasca-pembelian (post-purchase dissonance). Adalah penting bagi pemasar untuk mengurangi kekhawatiran tersebut sehingga pembeli menjadi pelanggan yang terpuaskan. Pelanggan yang terpuaskan dapat menciptakan loyalitas pada merk dan menjadi lebih senang membeli merk yang sama lagi jika dia membutuhkan.

Proses pembelian tidak selalu merupakan proses linear yang sederhana. Pelanggan terkadang menengok ke belakang ketika, katakanlah, mereka menemukan fungsi baru dari produk atau kriteria baru yang perlu dipertimbangkan. Sebagai tambahan, tidak semua pembelian memerlukan pendekatan pemecahan masalah dengan keterlibatan tinggi seperti yang telah didiskurikan sebelumnya. Membeli sekaleng cola, di lain pihak, hanya memerlukan sedikit waktu dan usaha. Hal ini akan melibatkan tahapan proses pembelian yang lebih sederhana. Hal itu merupakan pembelian yang sederhana, keterlibatan rendah, dan juga rutin. Perilaku respon rutin ini lebih singkat, yaitu dengan berpindah dari kesadaran kebutuhan (identifikasi masalah) menuju ingatan dan langsung memilih.

Kedua model tersebut menyembunyikan bekerjanya pikiran secara rinci. Model lain, seperti model respon-rangsangan (stimulus-response model) hanya menunjukkan input (seperti iklan) dan output (seperti penjualan). Dalam hal ini bekerjanya pikiran yang kompleks dikesampingkan dan ditinggalkan pada semacam “kotak hitam”. Tentunya, banyak model yang lebih kompleks yang mencoba untuk membuka kotak hitam tersebut dan melihat ke dalam pikiran pembeli.

Terdapat juga model komunikasi ssederhana seperti AIDA, yang dapat membantu pemasar untuk merencanakan komunikasi mereka.

Meskipun banyak model pembelian yang dikritik, tetapi mereka mampu memberikan kajian yang bebas untuk perencanaan pemasaran. Model juga dapat membantu memberikan pandangan yang berguna bagi proses pembelian, yang merupakan inti dari pemasaran.